Senin, 16 Mei 2011

stress dan stresor


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang masalah
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindarinya perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta. Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta dll.

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,dll. Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya. Peristiwanya di sebut stressor. Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress.

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.

Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi. Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.


1.2  Tujuan penulisan
a.      Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi salah satu tugas
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep stress adaptasi

b. Tujuan Khusus
1.     Untuk menjelaskan konsep stress adaptasi pada manusia
2.     Untuk menjelaskan keterkaitan antara stress dan gangguan jiwa

1.3  Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuska masalah-masalah sebagai berikut:
a.     Stress dan stressor
b.     Pandangan stress
c.     Macam-macam stress
d.     Sumber stress
e.     Model stress kesehatan dan faktor pengaruh respon terhadap stress
f.      Tahapan stress
g.     Reaksi tubuh terhadap stress
h.     Cara menilai stress
i.      Manajemen stress dan homeostatis
j.      Konsep adaptasi
k.     Macam-macam adptasi











BAB II
PEMBAHASAN
Stress dan Stressor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress:
·      Gangguan atau kekacauan mental dan emosional
·      Tekanan.
Secara teknis psikologik, highlight didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap Stressor, hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik inner maupun eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa highlight bersifat subjektifm sesuai perspsi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
Di sisi lain, ‘stressor’ adalah Sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi tekanan atau cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
·      Lingkungan
·      Fisiologik ~ dari tubuh kita
·      Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Menurut Selye (1984), highlight bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut “Distress“, tetapi bisa juga highlight diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut “Eustress“.
Lebih lanjut, sumber stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang penanganannya, yakni :
·      Stressor yang penanganannya hanya membutuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu bangun pagi, diet, dst dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah.
·      Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti contohnya soal kepercayaan diri, persoalan hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk menanganinya, seperti ‘percakapan kalbu’, ability komunikasi, manajemen konflik, dst.
·      Stressor yang memang tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka penanganannya, perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan relaksasi, dan upaya spiritual.
Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa setiap orang bisa mengalami stress, sesekali highlight dalam kehidupan merupakan “bumbu” hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi highlight yang sering dengan fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah perlu lebih serius menanganinya.
Pandangan Stress
Dalam memahami tentang sterss, para ahli berbada-beda mendefinisikanya karena memiliki pandangan teori yng tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stress sebenarnya, maka dapat di ketahui beberapa pandangan diantaranya:
1.              Pandangan stress sebagai stimulus
Pandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut, di mana semakin tinggi basar tekanan yang di alami seseorang, maka semakin besar pula stress yang dialami. Pandangin ini di dasari hukun elastisitas Hooke yang menjelaskan semakin berat satu logam, makam semakin besar  pula stress yang dialami, melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia apabila semakin besar tekanan yang dialami, semakin besar pula sterss yang dialaminya.
2.              Pandangan stress sebagai respons
Mengidentifikasikan sterss sebebagai respons individu terhadap stresor yang diterima, dimana ini sebagai akibat respons fisiologis dan emosional/ juga sebagai respons yang nonspesifik tuhuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
3.              Pandangan stress sebagai transaksional
Pandangan ini merupakan suatu intraksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan indiviu dalam megatasi masalah dan tebentuknya sebuah koping. Dalam interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang potensial mengandung sterss dengan mengukur dari persepsi individu terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang/sumber-sumber yang tersedia yang diarahkan mengatasi masalah.
Macam-Macam Stress
·      Stress fisik

·      Stress kimiawi
·      Stress mikrobiologis
·      Stress fisiologis
·      Stress proses tumbuh kembang
·      Stress proses psikologis atau emosional

Sumber Stress
Stres dapat bersumber dari berbagai hal, seringkali disebut stressors. Girdano (2005) membagi stressors manusia ke dalam beberapa bagian:
1. Bioecological Stress (sumber stres bioekologikal)
2. Psychosocial Stress (sumber stres psikososial)
3. Job Stress (sumber stres pekerjaan)
4. Tipe kepribadian dan cara berpikir
Berikut penjelasan lebih detil dari masing-masing sumber stres tersebut di atas.

I. Bioecological Stress
1.Waktu dan ritme tubuh (Time and Body Rhtyms)
·       Time-related stress: deadline, natural world time (solar time, lunar time etc), hormonal time, metabolic time.
·       Jet lag
2.Kebiasaan makan dan minum (Eating and Drinking Habits)
·       Sympathomimetic agents
·       Hypoglicemics
·       Sodium intake
·       Drugs, alcohol and tobacco
·       Overnutrition
3.Polusi suara
Suara dapat menimbulkan stres dengan 3 cara:
·       Menstimulasi sympathetic nervous system
·       Membuat gangguan yang tidak menyenangkan.
·       Menginterupsi kegiatan-kegiatan
4.Iklim dan ketinggian
Prolonged climatic or altitude stress may result in diminished function leading toward death.
II.Stres psikososial
5 Masalah stres psikososial:
1. Perubahan – Change
2.
Frustrasi
3. Overload
4. Boredom and loneliness
5.
Dinamika hubungan antar ke empat masalah di atas.
1.Perubahan - change
Bagaimana membuat proses perubahan hidup lebih mudah?
·       Control
·       Challenge
·       Commitment
Flannery (1993):
·       Take personal control in their lives
·       Are task oriented dan focused
·       Consume few dietary stimulants
·       Exercise aerobically
·       Practice relaxation
·       Seek social support
·       Have a sense of humor
·       Claim religious value
2. Frustrasi
·       Overcrowding
·       Diskriminasi
·       Faktor-faktor sosial ekonomi
·       Birokrasi
3. Overload
·       Urban Overload
·       Occupational Overload
·       Academic Overload
·       Domestic Overload
4. Boredom and loneliness
Deprivational Stress:
the psychological stress response caused by states of boredom and/or loneliness

(Girdano et al.,2005).
III. Job Stress
Sumber-sumber stres dari dunia kerja adalah:
1.Organizational Stressors
·       Lack of financial rewards
·       Lack of career guidance
·       Overspecialization
·       Work overload
·       Decision making
2. Individual Stressors
·       Occupational frustration
·       Job ambiguity and role conflict
·       Stifled communication
·       Discrimination
·       Bureaucracy
·       Inactivity and boredom
3. Stresor lingkungan kerja (environmental stressors)
·       Change and adaptation
a. Technology change
b. Relocation
c. Promotion
d. Reorganization and downsizing
·       Violence in workplace
·       Retirement
4. Biological factors in workplace
·       Time change
·       Noise
·       Lighting
·       Computers and eyestrain
·       Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
·       Temperature
·       Physical Posture
5. Compassion Fatique
Compassion fatigue: stress of helping individuals after traumatic events, or serious life events.
IV. Stres, proses kognitif dan tipe kepribadian anda.
Pilihan alur kognitif anda, yang membuat anda stres dan tidak stres:
Interpretation of the Event:
1.     Catastrophic Meaning
“I’m not smart enough
to be in college”.
2.     Emotional Reaction: Anger,
Depression, fear
3.     Hypothalamus:
Excessive stress response as an uncontrolled and debilitating force
4.     Excessive stress-related symptoms
Or
1.     Emotional Reaction
2.     Neutral
3.     No Stress Response
Or
1.     Constructive Meaning
“I Need to study harder next time”
2.     Emotional Reaction
Disappointed, but now more Determined
3.     Hypothalamus:
Controlled stress response Acting as a positive, motivating force
Mobilization of bodily reserves to assist you
Model Stress Kesehatan dan Faktor Pengaruh Respon terhadap Stress
model sterss kesehatan merupakan suatu model di mana stress dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, model ini terdiri dari beberapa unsur di antaranya :
unsur langsung di mana stress dapat mengasilkan / mempengaruhi secara langsung dari perubahan fisiologi dan psikologis, seperti adanya ketegangan ( stress) akan menyebankan terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung yaitu hormon katekolamin dan kortikosteroid yang kondisi berdebar-debar, denyut nadi cepat dan lain-lain.
1.     Unsur kepribadian, bahwa stress dapat di pengaruhi karena adanya tipe kepribadian yang memudahkan timbulnya kesakitan.
2.     Unsur interaktif, sterss dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis maupun psikologis. Proses ini dikarenakan adanya interaksi antara faktor dari luar dan faktor dari dalam untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
3.     Unsur prilaku sehat, stress dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan akan etapi dapat merubah prilaku terlebih dahulu seperti adanya penigkatan konsumsi alkohol, rokok dan lain-lain.
4.     Unsur prilaku sakit, stress dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kesakitan tanpa menyebabkan adanya prilahiu sakit seperti mencari bantuan pengobatan.
Tahapan Stress
Kehidupan seharian memang terdedah kepada stress, jalanraya yang sesak, anak-anak yang degil dan nakal, kos sara diri yang semakin meningkat, cuaca yang semakin panas dan tidak menentu semuanya boleh menyumbang kepada pembentukan stress. Kita perlu menyedari tahap stress dalam diri. Jika kita sentiasa mengabaikan dan memberi penyembuhan yang betul, tahap stress ini akan meningkat perlahan-lahan dan boleh mengakibatkan penyakit hingga ke tahap stress tidak terkawal seperti amuk, masalah mental dll.
Terdapat tiga peringkat stress yang perlu dikenalpasti iaitu:
1. Tahap bersiap sedia dan berjaga-jaga
Simptom-simptomnya seperti kegelisahan, mudah berasa bimbang, ketakutan, marah dan murung

2. Tahap penentangan
Simptom-simptomnya seperti penafian, mengasingkan perasaan kecewa iaitu tidak merasa sedih memikirkan kekecewaan lalu dan kurang minat kepada hobi terdahulu

3. Tahap kelesuan
Simptom-simptomnya hilang keyakinan diri, hilang rasa harga diri, sukar untuk tidur, terlalu mudah marah, kebimbangan tidak bertempat, masalah gangguan fizikal seperti mendapat penyakit yang berpunca dari stress seperti darah tinggi, migraine, ulser dll

Apabila kita stress, otak akan memberi isyarat untuk berjaga-jaga bagi menghadapi stress atau ancaman yang merangsang kelenjar mengeluarkan hormon glukokortikoid yang mengawal metabolisme dan membina tubuh tetapi boleh meracuni saraf dan sistem lain dalam badan apabila dikeluarkan berlebihan dan berpanjangan. Rembesan hormon dan kimia otak ini akan menyebabkan pertambahan dengupan jantung, denyutan nadi dan kandungan gula dalam darah. Seseorang akan menjadi lebih bersedia khususnya dari segi penglihatan denga bukaan anak mata yang membesar, peningkatan daya tumpuan dan ingatan, peningkatan kadar pembakaran gula dan lemak membuatkan seseorang itu berasa panas serta dapat bergerak dengan pantas.

Oleh itu adalah sangat penting bagi kita untuk mengawal tahap stress secara sihat seperti beriadah, bersosial, membuat jenaka ketika membincangkan permasalah yang berat, menolong orang, mengangap permasalahan sebagai cabaran yang dipandang dari sudut positif.
Elakan daripada penafian terhadap masalah/stress yang mendatang dengan mengalih stress kepada orang lain seperti memarahi orang lain atas kesilapan diri, menuduh stress berpunca dari orang lain dan menyalahkan orang lain, pelupakan masalah/stress dengan merokok, minum arak dll.
Reaksi Tubuh terhadap Stress
Dampak stress terhadap tubuh kita
Kondisi stres kronis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit fisik yang beragam jenisnya. Umumnya, mayoritas penyakit yang diderita adalah penyakit psikosomatis. Psyche: jiwa sedangkan soma: tubuh; oleh sebab itu psikosomatis adalah gangguan atau penyakit tubuh yang dihasilkan oleh proses pikiran seseorang seperti stres psikologis yang sudah dibahas diatas. Gangguan psikosomatis dimanifestasikan dalam bentuk gangguan pencernaan (asam lambung berlebih), tekanan darah tinggi (hipertensi), eczema dan penyakit kulit lainnya, beberapa bentuk dari asma, dan kondisi alergi.

Cara Menilai Stress
Dalam melakukan penilaian terhadap stress dapat digunakan skala Holmes sedangkan untuk mengetahui kekebalan terhadap stress dapat menggunakan skala Miller dan Smith.
Skala Holmes adalah:
No
PENGALAMAN KEHIDUPAN
SKOR
NILAI
1
Kematian suami atau istri
100

2
Kematian keluarga dekat
63

3
Perkawinan
50

4
Kehilangan jabatan
47

5
Pensiunan atau pengasingan diri
45

6
Kehamilan isrtri
40

7
Tambah anggota keluarga baru
39

8
Kesulitan sexs
39

9
Kematian kawan dekat
37

10
Konfik suami atau istri
35


Jumlah skor




Keterangan:
Jika jumlah skor diatas 300 dalam kurun waktu satu tahun masa kehidupan ,maka yang bersangkutan menunjukan gejala stress.
Sedangkan untuk menilai terhadap kekebalan stress dapat menggunakan skala Miller dan Smith. Alat ukur ini terdiri dari 20 aktifitas kehidupan sehari-hari dengan masing-masing aktifitas diberi skor 1-5 dengan perincian sebagai berikut:
Nilai 1       : Hampir selalu dikerjakan
Nilai 2,3,4 : Rentang diantara 1-5
Nilai 5       : Hampir tidak pernah dikerjakan
No
Aktifitas kehidupan sehari-hari
Skor
Nilai
1
Tiap hari saya sedikitnya sekali menghadapi makanan hangat dan berimbang
1
2
3
4
5


2
Sedikitnya empat malam dalam seminggu saya tidur 7-8 jam







3
Saya secara teratur menerima dan menberi kasih saying







4
Sedikitnya saya menpunyai seorang saudara dalam jarak 75 km yang saya bisa andalkan







5
Setidaknya 2  kali dalam seminggu saya gerak badan sampai berkeringat







6
Berat badan saya sesuai dengan tinggi badan








Jumlah skor








Keterangan :
Penilaian terhadap kekebalan stress adalah sebagai berikut:
Jumlah total skor 20 = nilai
 Nilai kurang dari 30 : Kebal terhadap stress
Nilai 30-50                  : Kurang kebal terhadap stress
Nilai 51-80                  : Tidak kebal terhadap stress

Manajemen Stress dan Homeostatis
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
— REGULER EXERCISE
— DIET DAN NUTRISI
— SUPPORT SISTEM
— TIME MANAGEMENT
— HUMOR
— ISTIRAHAT
— TEHNIK RELAKSASI
— SPIRITUALITAS
Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali
Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional Pembelaan ego melindungi individu dari kecemasan meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
Menjaga harga diri misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah
Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan
Mekanisme Pembelaan EGO
Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)
Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah
Konsep Adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusahamemenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress

Macam-Macam Adaptasi
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman,1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
·      Dimensi Adaptasi
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
·      Adaptasi Fisiologi
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur

·      Adaptasi Psikolois
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
o   Ansietas
o   Depresi
o   Kepenatan
o   Peningkatan penggunaan bahan kimia
o   Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
o   Kelelahan mental
o   Perasaan tidak adekuat
o   Kehilangan harga diri
o   Peningkatan kepekaan
o   Kehilangan motivasi.
o   Ledakan emosional dan menangis.
o   Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan
o   Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
o   Mudah lupa dan pikiran buntu
o   Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
o   Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
o   Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
o   Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
o   Letargi
o   Kehilangan minat
o   Rentan terhadap kecelakaan.

·      Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.







BAB III
PENUTUP
            Simpulan :
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak mengalami stress.


















DAFTAR PUSTAKA

Davison (et al) (2006) Psikologi Abnormal (Alih bahasa: Noermalasari Fajar) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Smet, Bart. (2004) Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yulia Singgih D. (2001) Azas-azas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
http://ebekunt.wordpress.com/2009/06/30/stres-3/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar